Mendua atau Diduakan itu Ga Enak

Dihadapkan pada pilihan? Bingung mana yang harus dipilih untuk menjadi si prioritas? Waktu terus berlalu, mereka terus kau gantungkan. Kau memilih untuk berada di antara keduanya, berusaha berlaku adil.

Hatimu mengatakan A lebih baik, tapii otakmu mengatakan B lebih potensial. Menurut otakmu, A kurang cocok tapi kok di hati justru klop? Hati bilang B meragukan, tapi kok si otak menunjukkan B patut diperjuangkan. Ngikutin kata hati atau otak? Satu hal yang pasti, dari yang namanya pilihan, tentu akhirnya harus pilih satu untuk jadi pemenang. 

Ga mau kehilangan keduanya? Mau tetap mempertahankan keduanya, dalam diam, seolah tidak ada yang terjadi?

Ketahuilah, diduakan itu (kayanya) ga enak. Misalnya, saat A perlu diurus, ternyata B tiba-tiba bermasalah. A bisa merasa terabaikan saat kamu sibuk dengan B. B mungkin merasa dipermainkan saat kamu ternyata ngurusin A.

Mendua juga (kayanya) ga enak. Meski dalam keadaan ceteris paribus, kamu pun bisa kelabakan harus urus yang mana dulu. Apakah A atau B duluan ya?  Kenapa? Karena ga punya satu prioritas.

Sehingga nantinya kamu tersadar, bahwa kamu ga pernah bisa sampe garis finish dengan keduanya dalam sekali jalan. Ibarat di persimpangan jalan. Kamu akan terus mondar-mandir spot A-spot B dan hanya berkutat di area yang sama. 

Pilih satu yang mau kamu genggam untuk dibawa sampai ke garis finish. Pilih yang paling sesuai denganmu, yang bisa mendukungmu selama perjalanan itu. Rembukkan hati dan pikiranmu, tentang yang mana akan kamu pilih. Prioritas itu satu. Kalo mau dua atau lebih, ya kelarin dulu finish yang satu itu. Bisa jadi nanti ada jalurnya tersendiri, dimana kamu bisa gandeng A, B, C dst untuk finish selanjutnya. Jadi, sekarang pilih dulu jalurmu untuk finish yang satu ini.