Perjalanan Sejam-an
Haah..
Belum bisa memanfaatkan waktu yang bahkan kurang dari sejam.
Belum bisa menjaga obor itu tetap dan terus menyala benderang di tangan ini. bahkan hanya untuk menit-menit selanjutnya.
Menit awal sudah terbuang sia sia, lalu keajaiban datang. Obor yang padam dan dingin pun menyala kembali karena menemukan pemantik, di dekatku, saat itu.
Dan, lagi, jalan ini mengarah ke padang berangin. Api kehilangan kobarannya, kalah kuat dengan hembusan angin bercampur debu..
Aku perlu menemukan gua, tempat berlindung, segera mungkin, dan mencari seseorang yang memiliki obor dengan nyala terang atau bongkahan batu yang tepat untuk memantikkan kembali api di oborku.
Dan, lagi, apakah kaki ini telah benar melangkah menuju arah itu? Atau justru ke arah sebaliknya?
Belum tahu, belum terlihat olehku tanda-tandanya.
Hmm.. Apakah ini seperti perjalanan musafir? boleh aku anggap demikian? Sehingga aku terus yakin, terus mengucap dan memohon sehingga semuanya diijabah dan turun..
Yakin, iman, batin dan lisan. Ya itu, harus terus dicari-disusun-disimpan dan dijaga.. Itu semua yang seharusnya wajib terkemas dengan baik dalam ranselku selama perjalanan ini, sampai kutemukan guaku dan tungkunya.
Ya, seharusnya begitu..
Seharusnya khar begitu
Dok Feb 16
Komentar
Posting Komentar